Rabu, 24 Februari 2010

Tiga Pemuka Agama Malra Kecam Demo Anarkis Di PLN Tual

Langgur,VP-Tiga Pemuka Agama yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara (malra) mengutuk dengan keras aksi demo anarkis yang dilakukan sekelompok Mahasiswa yang tergabung dalam gerakan mahasiswa peduli rakyat, yang terdiri dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), IMM, GMNI dan PMII Cabang Malra dan Kota Tual beberapa waktu lalu. Ketiga Tokoh Agama yang angkat bicara terkait aksi demo tersebut masing-masing dari Muslim Ustad Hi.Hasan Rahanyamtel selaku Ketua MUI Kabupaten Malra, dari Katolik Pastor Hans Rettob.MSC Wakil Uskup Pulau-Pulau Kei Kecil dan Kristen Protestan, Pendeta J.N.Noya.MTH, Ketua Klasis GPM Kei Kecil. ketiga Pemuka Agama tersebut kepada Pers Selasa (23/2) menyatakan rasa penyesalan yang mendalam terkait aksi demo kepada pihak Managemen PT.PLN Cabang Tual yang terkesan anarkis karena menyerang pribadi orang perorang tanpa memilah-milah pokok persoalan yang semestinya diangkat pada aksi demo tersebut. “saya minta kepada masyarakat malra yang jadi pelanggan PT.PLN Cabang Tual supaya jeli dan kritis serta melakukan suatu koreksi terlebih dahulu, harus melihat proses yang sebenarnya terjadi dilapangan,karena penyakit yang sekarang menyerang PLN bukan saja terjadi di malra dan Kota Tual,tetapi diseluruh wilayah Indonesia . Keresahan ini terjadi, saya selama satu minggu di Kota Surabaya juga mengalami situasi yang sedemikian bahkan di Kota Ambon lebih parah lagi dan semua itu sudah diketahui masyarakat umum, apa yang sekarang menjadi kendalah pihak PLN yakni persolan BBM dan mesin-mesin listrik yang sebagian besar sudah tua dan termakan usia,”tandas Ustad Rahanyamtel. Ketua MUI Malra ini juga mengingatkan, agar masyarakat tidak hanya menuntut kepentingan pribadi, tetapi harus melihat kepentingan yang lebih besar,yaitu bagaimana memberikan dukungan kepada PT.PLN dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dimalra dan kota tual yang jumlahnya kurang lebih dua ratus ribu lebih. “ masyarakat tidak boleh melihat kondisi yang sekarang terjadi didaerah ini secara pribadi, tetapi harus melihat kondisi yang sekarang dihadapi bangsa ini secara umum “ pintahnya. Rahanyamtel berharap, agar semua komponen masyarakat mengedepankan asas Musayawarah untuk Mufakat. “ PLN Tual hadir dan bekerja melayani masyarakat didaerah ini bukan masyarakat daerah lain, sehingga jika terjadi sesuatu kesalahpahaman maka diselesaikan dengan baik-baik pula,kenapa tidak kita gunakan akal sehat untuk datang bertemu langsung dengan Kepala PLN,tanya dengan baik-baik kendalah apa yang sekarang dihadapi sehingga sering terjadi pemadaman,daripada kita tunjukan ketidaksopanan kita untuk berteriak dijalan-jalan,saya tidak faham dengan tindakan-tindakan seperti itu, memang betul era sekarang adalah era reformasi tetapi apakah reformasi tanpa punya rasa pri kemanusiaan, dan hati nurani,saya sendiri merasa bersyukur atas pelayanan PLN Tual dan saya juga sudah diajak berulang kali oleh Pimpinan PLN Tual untuk melihat secara dekat kondisi mesin yang sekarang dipakai melayani masyarakat dan jika saya bandingkan maka pelayanan PLN Tual masih lebih baik daripada di Kota Surabaya dan daerah-daerah lain “ tandasnya. oleh karena itu dirinya menghimbau generasi muda didaerah ini, sebagai kaum intelektual muda agar selalu mewujudkan hal-hal yang lebih baik,tinggalkan perbuatan yang jahat dan kotor karena hal tersebut bukanlah identitas dari orang Kei. “ kalau ada kekurangan dari PLN Tual maka marilah kita menyelesaikan dengan baik dan kepala dingin, jangan dengan tindakan yang anarkis karena itu bukan budaya dari orang Kei,”himbau Ketua MUI. Wakil Uskup Wilayah Kei Keci Pastor Hans Rettob.MSC,saat dihubungi via telepon selulernya, mengatakan prinsip aksi demo yang datang dari berbagai elemen masyarakat baik itu Mahasiswa atau masyarakat umum, merupakan ungkapan rasa ketidakpuasan yang dihadapi secara langsung,tetapi sudah sepantasnya aksi yang ditampilkan harus tetap berada pada koridor aturan dan norma-norma adat di bumi larvul ngabal. “ jangan sampai aksi demo yang digelar hanya untuk menyerang pribadi orang perorang, bahkan sampai mau merusak fasilitas atau memanjat pagar dan lain sebagainya,karena aksi demo sedemikian terkesan anarkis dan sudah pasti ada muatan lain, jika ingin menyampaikan sesuatu maka harus dengan cara-cara yang wajar dan santun,jangan asal teriak tanpa punya bukti, kita juga harus membuktikan bahwa orang Kei punya identitas budaya yang kuat untuk itu semua persoalan sudah sepantasnya diselesaikan dengan baik “ himbau Wakil Uskup. Pendeta J.N.Noya.MTH Ketua Klasis GPM Kei Kecil secara terpisah, menyatakan secara riil pelayanan PT.PLN seharusnya maksimal dalam artian dua kali dua puluh empat jam, tetapi apabilah melihat kondisi saat ini dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain yang ada, contohnya kota Ambon maka kita menemukan perbedaan yang sangat besar, pelayanan PLN di Malra dan Kota Tual lebih baik, bila dibandingkan dengan kab/kota lain di Indonesia. ”tentunya dengan mengatakan seperti ini saya tidak lalu meligitimasi pelayanan PLN yang selama ini mandek, ,tetapi kita bersyukur bahwa PLN masih bekerja dengan baik dan karena itu kita berupaya supaya mendorong pihak-pihak lain dalam hal ini pemdah supaya membantu PLN, sehingga PLN bisa melayani masayarakat dengan baik, saya berharap PLN bisa melakukan tugas dengan baik dan saya yakin pihak PLN tentu punya kerinduan seperti itu,untuk dapat melayani masyarakat dengan baik kendati memang ada keterbatasan-keterbatasan,saya berharap kendala itu dapat diatasi dalam menjalin kerjasama yang baik,saya juga bersyukur di kota Tual dan Langgur pelayanan PT.PLN masih jauh lebih baik,”tutur pendeta Noya. Ketua Klasis GPM Kei Kecil juga menghimbau masyarakat, agar jika menginginkan pelayanan yang idial maka permintaan tersebut harus disalurkan lewat cara-cara yang baik,jangan lewat cara-cara anarkis. “ masyarakat atau Mahasiswa boleh menyuarakan tetapi harus lewat jalur yang lebih etis dan dapat dipertanggungjawabkan ataupun kalau lewat unjuk rasa maka dengan cara yang santun,jangan dengan cara-cara menekan atau kekerasan,” himbau Ketua Klasis GPM Kei Kecil. Kepada warga gereja, Pendeta Noya mengajak agar secara bersama - sama mensyukuri apa yang sudah ada dan harus mendukung apa yang sementara dijalankan PT.PLN melalui cara penghematan energy. “ kita tidak boleh melakukan pemborosan, matikan lampu jika tidak perlu supaya kita bisa membantu PLN,tetapi saya juga berharap PLN bisa memperbaiki kinerjanya,berusaha untuk memperbaiki pelayanannya untuk mencapai apa yang optimal yaitu pelayanan selama satu kali dua puluh empat jam,”harapnya.(jhon rahabav, Koran Vox Populi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar