Rustam Djohar, orang tua yang kecewa dengan kinerja panitia dan pelatih MTQ Kecamatan Dullah Selatan Kota Tual ( dok. Koran Vox Populi )
Vox Populi, Tual – Panitia MTQ tingkat kecamatan Dullah Selatan, bersama para pelatih dan semua yang terlibat dalam kegiatan keagamaan itu dituding tidak punya moral dan hati nurani sebagai seorang umat muslim sejati yang taat beribadah, pasalnya Zovna Djohar ( 10 ), juara I Tartil Puteri tingkat kecamatan Dullah Selatan yang telah dipersiapkan untuk mengikuti lomba MTQ ke 2 Kota Tual tanggal 30 april – 3 mei 2011, secara tiba – tiba disingkirkan, lalu diganti panitia dan pelatih MTQ dengan peserta lainya, tanpa alasan jelas.
Tudingan dan kekesalan itu datang dari pihak orang tua, Rustam Djohar kepada pers, sabtu 30 april 2010. Djohar mengaku sangat kecewa dengan prilaku oknum – oknum pantia MTQ tingkat kecamatan Dullah Selatan beserta para pelatih yang dinilai tidak punya moral keislaman selaku umat muslim yang taat beribadah, sebab perbuatan mereka telah menyakitkan hati anak dan keluarganya. “ kemarin saya kembalikan piala anak saya kepada panitia dan pelatih, sebab tidak ada artinya anak kami tidak diikutserkan dalam lomba MTQ tingkat 2 kota Tual. Saya berharap kepada bapak Walikota Tual agar panitia dan semua yang terkait harus dipanggil lalu dimintai keterangan soal ini, sebab selaku orang tua sangat kecewa “ kesal Djohar.
Pemilik koran Media Tenggara, salah satu media cetak lokal terkemuka yang ada di Kabupaten Malra dan Kota Tual itu mempertanyakan esensi dan makna dari penyelenggaraan MTQ 2 Kota Tual, seperti yang disampaikan Walikota Tual yakni mencari kader – kader generasi muda terbaik di bidang baca al -quran, namun dalam prakteknya sangat jau dari harapan umat muslim. “ anak kecil juga ketahui, peserta terbaik dalam event MTQ adalah peserta yang menjuarai lomba MTQ tingkat kecamatan, kabupaten / kota sampai nasional, sekarang tanpa alasan jelas panitia dan pelatih MTQ Dullah Selatan saling tuding soal ini, menurut pelatih, yang menentukan peserta lomba tingkat kota Tual adalah panitia, sebaliknya dari panitia mengelak dengan mengatakan penentuan peserta ada ditangan pelatih, ini sangat tidak jelas “ ungkap Rustam Djohar.
Dia menilai, apa yang dipertontonkan panitia dan pelatih MTQ Dullah Selatan, menunjukan kalau mereka membungkus diri dari luar dengan al – quran dan rajin tunaikan sholat lima waktu, sehingga dikenal sebagai seorang muslim sejati, taat beribah, dan berhati mulia, namun dalam prakteknya mereka tidak lebih dari orang – orang yang tak beragama, karena memiliki moral bejat dan berhati kotor. “ kejadian seperti ini menjadi penilaian miring masyarakat, kalau Pemkot Tual selaku penyelenggaraan MTQ 2 Kota Tual sudah tidak benar, namun saya ketahui persis bagaimana carakter bapak Walikota Tual yang tidak menginginkan hal – hal seperti ini terjadi “ ujarnya.
Dikatakan, kalau anaknya sebagai juara I Tartil puteri MTQ tingkat kecamatan Dullah Selatan, tidak diikutsertakan dalam lomba MTQ 2 Kota Tual, maka yang jelas pada penyelenggaraan event itu di tingkat kecamatan, ada kesalahan yang dibuat para dewan hakim, olehnya itu Walikota Tual harus memanggil pantia dan pelatih untuk dimintai pertanggungjawaban. “ saya menduga ada niat buruk yang dilakukan panitia ataupun pelatih MTQ Dullah Selatan, untuk menggantikan anak saya dengan keluarga, dan famili terdekat meraka, kita akan lihat pada lomba tartil puteri nanti “ tandas Rustam Djohar.
Dirinya tidak setuju dengan prilaku dan mental panitia penyelenggara MTQ tingkat kecamatan Dullah Selatan, sebab ini ada upaya mengkebiri dan membunuh carakter serta kreatifitas anak dalam berekspresi sesuai kreasi dan kemampuan yang dimiliki. “ awalnya, anak kami ikut lomba MTQ kecamatan, tidak ada niat dari kami maupun guru mengaji di taman pengajian A- Zamsia di UN – BTN untuk meraih juara, namun selaku orang tua tetap memberikan motifasi kepada anak untuk berani tampil ke depan. Alhamdulila .. dalam penilaian hakim yang berderet begitu panjang, menilai dia sebagai juara satu lomba tartil puteri kecamatan Dullah Selatan, namun bagi saya, mungkin dewan hakim yang menilai anak kami saat itu, tidak sepintar pelatih dan panitia MTQ “ sesal Djohar yang juga Ketua Ajimat Malra dan Kota Tual.
Dia berharap, ke depan tidak ada lagi anak – anak dan orang tua yang menjadi korban seperti yang menimpa anak dan keluarganya, akibat bobroknya mental pelatih dan panitia MTQ yang membungkus badan dengan Al – Quran dari luar, tetapi didalam praktek kehidupan sehari – hari, sangat jau dari nilai – nilai Keislaman.
Sementara itu pihak panitia penyelenggara MTQ tingkat kecamatan Dullah Selatan, Rudy Bugis ketika dikonfirmasi via telpon selulernya mengaku tidak mengerti dengan persoalan itu. “ kami sebagai panitia sibuk urusan pelaksanaan MTQ 2 kota Tual, jadi lebih jelas hal itu ditanyakan kepada pelatih MTQ Dullah Selatan, karena panitia hanya menerima nama para peserta, sementara yang menentukan peserta ikut lomba ada di tangan pelatih “ tepis Bugis.
( Nery Rahabav, Koran Vox Populi )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar